Sinopsis Film Komang (2025)

Raim Laode (Kiesha Alvaro), pemuda Muslim Sulawesi, salat menghadap barat. Komang (Aurora Ribero), gadis Hindu Bali, sembahyang menghadap timur. Kiblat mereka terpisah. Raim merantau ke Jakarta, samudra memisahkan mereka. Namun, jutaan kisah cinta membuktikan cinta tak mengenal batas.

Film ini hadir dengan semangat serupa lagu viral Raim Laode. Tak ada yang benar-benar unik. Kisahnya nyata, membuat empat ratus ribu penonton yakin cinta akan menang.

Namun, Komang jelas tak ingin melanggar aturan. Naskah Evelyn Afnilia merangkai kata bermakna tanpa hiperbola, mengingatkan bahwa jatuh cinta selalu indah, sesederhana apa pun peristiwa yang dilalui sepasang kekasih.

Alur Cerita Film Komang (2025)

Komang membuat Raim tertawa dengan komedi gelap soal ayahnya saat perkenalan. Setiap kencan mereka dipenuhi tawa. Bahkan kecanggungan awal teratasi dengan tawa.

Itulah mengapa Komang menyenangkan diikuti. Presentasinya tak kaku. Chemistry Kiesha dan Aurora membuktikan kemampuan akting mereka. Penonton lebih mudah percaya Raim dan Komang saling sayang karena dinamika yang terbangun.

Sutradara Naya Anindita, kembali setelah enam tahun, mampu memberikan rasa manis lewat rangkaian momen romantis indah. Prinsip “sedikit bicara banyak bertindak” protagonis menjadi amunisi utama lewat gestur sederhana.

Review Film Komang (2025)

Penceritaan memang memiliki kejutan. Misalnya, adegan Raim ke Amsterdam tanpa penjelasan. Namun, paparannya yang cenderung berat sebelah soal cinta beda agama agak mengganggu.

Orang tua Raim (Cut Mini dan Mathias Muchus) selalu toleran saat ibu Komang (Ayu Laksmi) bersikap sinis soal status Islam Raim. Mereka bahkan tak mau masak sapi demi Komang. Meme mungkin punya alasan, trauma “kehilangan” putri sulungnya yang juga beda agama. Namun, bagaimana dengan keluhan keluarga soal kurangnya lawar babi, atau komentar miring tetangga?

Dalam situasi itu, Komang biasanya unggul, terutama soal akting dua pemeran ibu. Cut Mini mampu mengaduk emosi saat menunjukkan ketabahan dalam duka, sementara Ayu Laksmi jelas mengungkapkan sakit di balik ketegasan Meme. Mungkin humanisme para aktor inilah yang memberi rasa pada Komang, bukan sekadar kumpulan kata puitis romantis.

By admin