Sinopsis Film Ne Zha 2 (2025)

“Ne Zha 2” telah menggulingkan dominasi Hollywood dalam hal pendapatan dan kualitas. Anggapan lama “hanya Amerika yang bisa” runtuh oleh animasi yang berpotensi menggeser “Titanic” dari posisi keempat film terlaris sepanjang masa. Kini, “Amerika tidak akan bisa” menjadi ungkapan yang tepat.

Budaya adalah kunci. Animasi Hollywood memang gencar merepresentasikan budaya, namun “formula Hollywood” seolah menghalangi sineas untuk bereksplorasi bebas.

Jiaozi, sutradara dan penulis naskah, mengeksplorasi elemen budaya dalam “Ne Zha 2” dengan sangat kreatif. Elemen-elemen ini berasal dari mitologi dan buku abad ke-16 “Investiture of the Gods”. Dalam film, satu karakter memiliki senjata “Cambuk Guntur Membelah Langit”. Tidak ada batasan untuk menjadi hiperbolis dan menyimpang dari realitas. Visualisasi dunia Jiaozi benar-benar mencerminkan dunia fantasi di luar logika, tempat manusia hidup di tengah dewa dan monster, memancarkan keajaiban di setiap sudut.

Alur Cerita Film Ne Zha 2 (2025)

Di akhir film pertama, kita melihat upaya Ne Zha menghadapi ujian keabadian sekte Chan. Tujuannya adalah membeli pil untuk memperbaiki teratai suci Taiyi Zhenren, yang akan digunakan untuk menyusun kembali tubuh Ne Zha dan Ao Bing yang hancur.

Saat Ne Zha dan Taiyi Zhenren tiba di istana Wuliang, Ne Zha tiba-tiba ingin buang air. Ia salah mengira guci minuman sebagai toilet, dan Wuliang meminum air dari sana. Momen komedi ini mirip dengan perlawanan film terhadap kepalsuan.

Nama-nama seperti Ne Zha atau Ao Guang, Raja Naga Laut Timur yang iblis, lebih mengedepankan kasih sayang meski berpenampilan menyeramkan. Sementara sekte Chan yang dianggap suci justru arogan dan semena-mena. “Ne Zha 2” mengajarkan untuk tidak “menilai buku dari sampulnya”.

Review Film Ne Zha 2 (2025)

Babak ketiga menyajikan pertempuran epik yang indah dan menakjubkan. Kuali raksasa yang bisa mengurung apa pun, ribuan pasukan berbaris rapi bagai daun di pohon, adalah contoh indah perpaduan budaya dan kreativitas. Jiaozi tak tertarik realisme. Pertempuran dewa dan iblis memang seharusnya digambarkan megah.

Namun, “Ne Zha 2” lebih dari sekadar pameran teknis. Humornya mendekatkan penonton dengan karakter. Tawa Ne Zha, yang begitu kuat hingga merepotkan dewa, membuatnya terasa lemah. Hingga momen emosi Ne Zha dengan ibunya, konflik antara Tuhan dan manusia mencapai puncaknya.

By admin