Sinopsis Film Santosh (2024)

“Santosh”, film berbahasa India perwakilan Inggris Raya di Oscar 2025, sarat cerita namun intinya tentang kebobrokan kepolisian. Film ini menggunakan isu gender dan kasta untuk mempertegas masalah tersebut, mengungkapkannya secara jujur tanpa basa-basi.

Sutradara dan penulis naskah Sandhya Suri menariknya memilih perspektif “orang dalam” daripada korban penindasan aparat. Santosh (Shahana Goswami) menjanda setelah suaminya tewas saat mengamankan kerusuhan. Ia berhak mewarisi pekerjaan suaminya sebagai polisi melalui program pemerintah.

Kebiasaan baru Santosh dimulai: mencuci seragam penuh noda darah suaminya dan memakainya. Mungkin Santosh berharap mewarisi kehormatan mendiang. Namun, ia segera menyadari kenyataan pahit yang berlawanan.

Alur Cerita Film Santosh (2024)

Santosh mendapati penegak hukum tak tertarik menegakkan hukum, dimulai dari kasus hilangnya gadis kasta Dalit. Ia bekerja di bawah Inspektur Geeta Sharma (Sunita Rajwar), yang dikenal mendukung pemberdayaan perempuan.

Setiap individu berseragam khaki, pria, wanita, feminis, atau misoginis, pasti tercemar citra buruk institusi. Seolah seragam memberi mereka kuasa untuk melakukan represi.

Suri membungkus filmnya layaknya police procedural. Meski sentuhan misterinya tak sepenuhnya baru, cukup efektif mengupas kebejatan aparat. Shahana Goswami piawai memancarkan emosi lewat mimik wajah, membuat penonton makin geram akan ketidakadilan film.

Review Film Santosh (2024)

Di babak akhir, cerita makin kompleks. Bertahun-tahun Santosh mengagumi feminisme Inspektur Sharma. Namun, apakah perjuangan tetap layak jika memaksa kita berbuat buruk? Santosh berani mengkritik fenomena pejuang keadilan sosial yang justru melakukan ketidakadilan pada kaum lain demi menyuarakan ketidakadilan kaumnya.

Dalam satu adegan, Santosh makan siang sambil menonton video perbedaan polisi Cina dan India. Ia tertawa geli melihat instansinya jadi bahan lelucon, menyadari itulah kenyataannya. Menjadi bagian kelompok tertentu tak berarti enggan mengakui keburukan kelompok itu.

Dalam keputusannya, Santosh tegas menawarkan solusi bagi aparat jika peduli pada ketidakadilan rekan-rekannya. Di sini, Santosh tak menyerah atau lari, melainkan terus menolak menjadi racun yang membunuh rakyat biasa. Seolah angka “1312” muncul di wajahnya.

By admin