Sinopsis Film Sinners (2025)

Banyak blockbuster hanya fokus pada tampilan visual. “Sinners”, film debut Ryan Coogler, menunjukkan pendekatan berbeda: penokohan dan penceritaan menjadi prioritas utama sebelum menghibur penonton.

Berlatar Mississippi tahun 1932, “Sinners” menampilkan Smoke dan Stack (keduanya diperankan Michael B. Jordan), saudara kembar mantan anggota mafia Al Capone. Mereka kembali kampung halaman untuk memulai bisnis baru, tanpa menyadari ancaman kekuatan jahat di tengah kota.

Kejahatan itu berupa sekelompok vampir. Namun, seperti Tarantino di “From Dusk to Dawn” (1996), Coogler baru menampilkan aksi vampir di paruh kedua. Sebelumnya, Coogler sabar mengumpulkan karakter utama dan membangun latar belakang masing-masing.

Smoke dan Stack ingin membangun juke joint untuk orang kulit hitam yang terpinggirkan. Mereka merekrut Sammie (Miles Caton), Delta Slim (Delroy Lindo), Cornbread (Omar Benson Miller), Bo dan Grace Chow (Yao dan Li Jun Li), dan Annie (Wunmi Mosaku). Ada juga Mary (Hailee Steinfeld), gadis kulit putih mantan kekasih Stack.

Alur Cerita Film Sinners (2025)

Smoke dan Stack bertindak layaknya film ensemble cast dengan tokoh utama merekrut orang-orang berkemampuan unik. “Sinners” juga memanfaatkan fase ini untuk mendiskusikan rasisme melalui interaksi karakter. Coogler cerdik membangun latar belakang melalui dialog.

Penonton benar-benar mengenal setiap karakter dan menganggap mereka manusiawi. Sehingga, saat teror datang, terasa ada sesuatu yang terancam. Untungnya, Smoke dan Stack sempat bersenang-senang di juke joint mereka: bernyanyi, menari, menikmati blues, minum alkohol, dan bahkan menemukan cinta. Latar belakang yang kuat membuat pesta itu terasa seperti perayaan kebebasan bagi kaum tertindas.

Coogler menampilkan momen magis dalam adegan pesta, menghargai unsur budaya, terutama musik, yang menyatukan perbedaan. Momen ini bagian dari dunia berbeda yang ia ciptakan dalam naskahnya.

Review Film Sinners (2025)

“Sinners” sangat mengandalkan musik blues. Setiap kali terdengar, kita seolah mendengar jeritan hati musisinya, menciptakan nuansa aneh. Nyanyian bagai doa, gitar bagai tangisan. Film ini menyatakan kekuatan luar biasa blues melampaui ruang, waktu, hidup, dan mati.

Penggunaan blues membuat adegan aksi unik, namun pengarahan Coogler justru menunjukkan kelemahan. Bahkan dalam situasi sederhana, penanganan sutradara yang tetap modis terasa hilang saat menghadapi pembunuhan. Tidak buruk, namun terlalu umum dibanding yang ditawarkan sebelumnya.

Bukan berarti “Sinners” kehilangan kemampuan membunuh sepenuhnya di babak puncak. Ini tetap menjadi pengingat bagaimana orang kulit putih terus menyerbu rumah orang kulit hitam dalam situasi apa pun, bahkan setelah kematian, merenggut segalanya, dari orang terkasih hingga hak untuk tertawa dan melepas lelah bersama.

By admin